Dalam setiap operasi pendaratan amfibi, penentuan titik pendaratan yang tepat adalah faktor krusial yang dapat membedakan antara keberhasilan dan kegagalan. Di sinilah Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL memainkan peran tak tergantikan. Mereka adalah “mata dan tangan” di laut, bertugas melakukan pengintaian mendalam untuk mengumpulkan informasi vital tentang kondisi pantai dan perairan dangkal. Data yang mereka kumpulkan menjadi dasar bagi komando operasi untuk memilih titik pendaratan paling optimal dan aman bagi pasukan amfibi. Artikel ini akan membahas bagaimana Kopaska menjalankan misi penentuan lokasi pendaratan yang sangat strategis ini.
Sebelum kapal-kapal pendarat utama mendekat ke wilayah musuh, tim Kopaska akan menyusup terlebih dahulu, seringkali dalam kegelapan malam atau kondisi cuaca buruk. Misi utama mereka adalah melakukan Beach Reconnaissance atau pengintaian pantai. Dalam misi ini, mereka mengumpulkan data hidrografi dan topografi secara rinci. Ini mencakup pengukuran kedalaman perairan dangkal, identifikasi jenis dasar laut (pasir, lumpur, karang), keberadaan rintangan bawah air alami maupun buatan musuh, serta profil pantai seperti kemiringan dan komposisi tanah. Semua informasi ini sangat penting untuk memastikan kapal dan kendaraan amfibi dapat mendekat dan mendarat tanpa hambatan.
Salah satu data paling vital yang dikumpulkan oleh Kopaska adalah informasi mengenai kondisi gelombang, yang dikenal dengan sebutan Surf Observation (SUROB). Gelombang yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyulitkan pendaratan. Kopaska akan mencatat tinggi gelombang, periode, dan arahnya untuk memprediksi kondisi laut saat pendaratan sebenarnya. Informasi ini, bersama dengan data tentang arus laut dan pasang surut, membantu komando operasi memilih titik pendaratan yang paling aman dan pada waktu yang paling tepat. Ketepatan data ini sangat menentukan efisiensi dan keamanan seluruh pasukan yang akan menyusul.
Selain kondisi alam, Kopaska juga bertugas mengidentifikasi dan melaporkan keberadaan ancaman musuh di sekitar titik pendaratan yang potensial. Ini bisa berupa ranjau, posisi artileri musuh, unit-unit patroli, atau bahkan bunker pertahanan. Jika diperlukan, tim Kopaska juga dapat melakukan clearing awal untuk menyingkirkan rintangan yang ditemukan. Semua informasi yang dikumpulkan oleh tim Kopaska ini kemudian dilaporkan secara rahasia kepada komando operasi, memungkinkan mereka untuk merencanakan serangan dengan strategi paling efektif. Peran Kopaska dalam penentuan titik pendaratan adalah bukti bagaimana detail terkecil di garis depan dapat memiliki dampak terbesar pada keberhasilan operasi militer skala besar.