Dalam setiap operasi militer darat, kehadiran dukungan udara taktis sangat krusial. TNI Angkatan Darat (AD) memahami betul vitalnya peran ini, sehingga terus memperkuat skuadron helikopternya. Dengan kombinasi helikopter serang yang mematikan dan helikopter angkut yang tangguh, Sang Pengawal Darat TNI AD siap memberikan perlindungan, daya gempur, dan dukungan logistik di berbagai medan.
Salah satu pilar utama Sang Pengawal Darat adalah helikopter serang AH-64E Apache Guardian buatan Amerika Serikat. Apache dikenal sebagai salah satu helikopter serang paling canggih di dunia, dilengkapi dengan sistem avionic mutakhir, rudal Hellfire, roket, dan kanon 30mm yang mematikan. Kehadiran Apache memberikan TNI AD kemampuan superior dalam memberikan tembakan bantuan presisi, melakukan operasi anti-tank, dan mendukung manuver pasukan darat dari udara. Kemampuan operasional Apache telah diuji coba dalam berbagai latihan, menunjukkan efektivitasnya dalam mendukung operasi darat.
Selain kekuatan serang, TNI AD juga mengandalkan helikopter angkut untuk mobilitas pasukan dan logistik. Mi-17 buatan Rusia adalah salah satu helikopter angkut serbaguna yang telah lama beroperasi di Indonesia, dikenal dengan kapasitas angkut yang besar dan ketangguhannya di berbagai kondisi cuaca. Helikopter ini sangat vital untuk pengiriman pasukan, evakuasi medis, dan distribusi logistik ke daerah-daerah terpencil.
Di samping itu, TNI AD juga terus melakukan modernisasi dengan penambahan helikopter angkut baru seperti AW189 buatan Italia/Inggris. Kontrak pembelian 6 unit AW189 yang baru disepakati menandakan peningkatan kapasitas angkut dan kemampuan adaptasi TNI AD terhadap medan operasi yang beragam. AW189 menawarkan kecepatan, jangkauan, dan kapasitas yang lebih baik, mendukung operasi lintas medan yang lebih kompleks. Keberadaan helikopter-helikopter ini memastikan Sang Pengawal Darat memiliki fleksibilitas dan daya dukung yang optimal di udara.
Latihan gabungan yang melibatkan integrasi antara pasukan darat dan dukungan helikopter terus-menerus dilaksanakan. Misalnya, pada hari Rabu, 11 Juni 2025, di sebuah pusat pelatihan militer di Jawa Barat, helikopter Apache melakukan simulasi serangan dukungan udara untuk pasukan infanteri, sementara Mi-17 dan AW189 melatih pendaratan pasukan di area sulit. Data dari Markas Besar TNI AD menunjukkan bahwa peningkatan jumlah jam terbang dan efisiensi operasional helikopter menjadi prioritas dalam rencana strategis 2025. Peran helikopter ini tidak hanya terbatas pada operasi militer, tetapi juga sering digunakan dalam misi kemanusiaan dan penanggulangan bencana, menunjukkan keserbagunaan mereka sebagai aset vital negara.